Yuk kenali lebih dekat apa kebiasaan orang Batak yang masih dijaga hingga kini. Dari tradisi adat, makanan khas, sampai gaya hidupnya begitu inspiratif.

Kalau pernah berada di Sumatera Utara, atau punya teman Batak, mungkin sudah biasa lihat bagaimana kebiasaanmya dalam kehidupan sehari-hari.

Lantas apa kebiasaan orang Batak? Itu sering jadi pertanyaan menarik, karena jawabannya mencakup unsur tradisi, adat, bahasa, dan cara bersosialisasi yang khas.

Salah satu kebiasaan paling dikenal dari masyarakat Batak adalah sistem marga. Marga bukan cuma nama keluarga, tapi identitas kekerabatan yang penting.

Dari marga-lah hubungan saudara, garis keturunan, bahkan aura tanggung jawab sosial terhadap anggota keluarga besar itu muncul sampai sekarang.

Ketika ada acara pernikahan, kematian, atau acara adat orang Batak Sumatera umumnya akan memperhitungkan siapa marganya, siapa yang boleh dipanggil saudara.

Kebiasaan ini memberikan rasa solidaritas yang kuat antaranggota marga. Bahasa Batak sendiri juga bagian besar dari kebiasaan orang Batak. Mereka memakai bahasa Batak dalam situasi informal, di rumah, bahkan dalam doa-doa dan syair adat.

Ada beberapa dialek Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing, Angkola yang masing-masing memiliki karakter sendiri dalam pengucapan dan kosakata.

Meski banyak orang Batak juga lancar berbahasa Indonesia, penggunaan bahasa Batak sering jadi cara untuk menjaga identitas serta menjalin keakraban dalam komunitas.

Selain bahasa dan marga, kebiasaan lain yang sering terlihat adalah bagaimana orang Batak begitu menghormati leluhur dan juga para orang tua. 

Misalnya, ada tradisi Manulangi Natua-tua, yang artinya semacam “melayani” atau memberi penghormatan kembali kepada orang tua yang sudah lanjut usia melalui acara adat tertentu.

Ucapan terima kasih dan pengakuan jasa orang tua bukan hanya sekadar kata, tapi dibuktikan lewat ritual adat dan pertemuan keluarga besar.

Ada juga ritual seperti Martutu Aek, khususnya di Batak Toba, yaitu tradisi pemberian nama pada anak yang baru lahir, yang juga diiringi dengan upacara keagamaan atau adat tertentu.

Dalam kehidupan sosialnya, kebiasaan orang Batak yang masih dijaga hingga kini juga mencakup gotong royong dan solidaritas komunitas.

Bila ada anggota masyarakat yang menikah, melahirkan, sakit, atau meninggal, warga marga tak jarang turun tangan membantu dari persiapan acara hingga dukungan logistik.

Tradisi pesta adat Batak, misalnya pesta pernikahan, bukan hanya soal merayakan dua orang yang menikah, tapi juga mempertemukan keluarga besar, tetangga, dan sahabat sebagai bagian dari adat istiadat dan rasa saling menghargai.

Musik tradisional, tarian seperti Tortor, alat musik seperti hasapi, gondang, taganing ikut meramaikan suasana. Tradisi ini bukan hanya hiburan, tapi bagian dari cara orang Batak mengekspresikan rasa syukur dan kebersamaan.

Satu hal yang juga sering jadi sorotan adalah kebiasaan orang Batak dalam menyambut tamu atau orang jauh. Mereka dikenal ramah, terbuka, dan kadang penuh kehangatan.

Tamu akan diberikan ulos dalam pesta adat sebagai simbol penghormatan, dan makanan khas akan disajikan misalnya saksang, arsik, babi panggang, atau ikan yang diolah khas Batak.

Ulos sendiri bukan hanya kain; motifnya punya arti, dan ulos sering dijadikan lambang persatuan, kasih sayang, atau sebagai pemberian simbolik saat upacara-upacara penting.

Meski tradisinya kuat bahkan dinilai lebih solid daripada budaya suku lain di Indonesia, bukan berarti orang Batak kaku atau selalu melakukan adat semua waktu.

Di zaman sekarang, banyak generasi muda Batak yang tinggal di kota besar sudah menyesuaikan diri dengan gaya hidup modern pun tetap mempertahankan beberapa kebiasaan yang mereka anggap penting sebagai identitas.

Misalnya memakai ulos pada momen tertentu, menggunakan bahasa Batak saat keluarga berkumpul, merayakan adat ketika hari bahagia, dan menjunjung tinggi nilai kekeluargaan.

Nilai-nilai seperti kerja keras, jujur, tegas, dan rela berkorban bagi keluarga juga sering disebut sebagai bagian dari watak budaya Batak.

Secara keseluruhan untuk mengetahui apa kebiasaan orang Batak adalah kombinasi antara adat yang turun-temurun, cara berbahasa dan berinteraksi yang spesifik, serta penghormatan kepada leluhur dan ikatan kekeluargaan yang kuat.

Tradisi seperti Manulangi Natua-tua, Martutu Aek, penggunaan ulos, dan pesta adat memperlihatkan bagaimana budaya itu tetap hidup meski menghadapi modernisasi.

Bagi banyak orang Batak, menjaga identitas lewat kebiasaan-kebiasaan ini bukan sekadar nostalgis, tapi bagian dari bagaimana mereka tetap merasa bersatu, merasakan akar budaya mereka, dan menghargai pengorbanan serta usaha leluhur. (Dila Nashear)