Ingin tahu bagaimana pengaruh budaya Timur Tengah di  Indonesia? Mulai dari bahasa Arab, kuliner seperti nasi kebuli, seni kaligrafi, hingga musik gambus dan arsitektur masjid membentuk kekhasan di Tanah Air. Simak ulasan lengkapnya.

Mungkin kita lebih sering dengar soal budaya Barat atau Asia Timur, tapi ternyata Timur Tengah punya peran besar, lho, dalam membentuk identitas bangsa ini baik dari sisi agama, bahasa, sampai kuliner.

Masuknya pengaruh budaya Timur Tengah di Indonesia nggak terjadi secara tiba-tiba, tapi lewat proses panjang sejak zaman perdagangan kuno. Pedagang Arab dan Persia dulu sering mampir ke pelabuhan-pelabuhan Nusantara.

Dari situlah budaya mereka mulai menyatu dengan tradisi lokal. Yang paling terlihat sih lewat penyebaran Islam, tapi efeknya jauh lebih luas dari itu. Mulai dari kata-kata Arab yang nyangkut di bahasa Indonesia.

Selain itu model arsitektur masjid, sampai makanan kaya rempah semuanya punya jejak Timur Tengah. Bagaimana budaya dari negeri padang pasir itu membaur dan membentuk wajah Indonesia, disimak ulasannya.

Islam masuk ke Nusantara sejak abad ke-13 hingga ke-15 melalui jalur perdagangan maritim. Seiring itu, budaya Arab dan Persia turut meresap ke masyarakat lokal.

Namun yang unik, Islam tidak menggantikan budaya lokal, melainkan berinteraksi dan berbaur secara harmonis alias akulturasi. Tradisi lokal seperti Sekaten, Grebeg, bahkan cerita wayang sadat muncul sebagai kombinasi budaya lokal dan ajaran Islam.

Pengaruh budaya Timur Tengah terasa kuat dalam bahasa Indonesia. Banyak kosakata agama, pemerintahan, dan budaya yang berasal dari bahasa Arab, seperti masjid, zakat, hukum, ilmu, jumat.

Penelitian menyebut sekitar 15% kosa kata Melayu kuno berasal dari bahasa Arab dan Persia, dan adapun huruf Arab pernah digunakan dalam penulisan resmi (Arab Pegon dan Jawi).

Pesantren menjadi titik penting akulturasi budaya Arab dan Islam dengan tradisi Indonesia. Kurikulum yang menggunakan bahasa Arab dan ajaran Islam menjadikan pesantren sebagai pusat pendidikan Islam klasik.

Selain itu, karya sastra seperti Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Raja-Raja Pasai adalah contoh sastra Arab-Melayu yang berkembang sejak abad ke-14.

Arab dan Persia juga memengaruhi seni kaligrafi dan arsitektur masjid Indonesia. Kaligrafi Arab berkembang menjadi ornamen penting dalam dekorasi masjid dan seni rupa.

Arsitektur masjid tua di Jakarta, seperti Masjid Agung Demak, menunjukkan perpaduan antara struktur atap lokal dan ornamen Arab-Persia, berdasarkan riset arsitektur karya Universitas Gunadarma.

Tarian dan musik di Indonesia pun menyerap budaya Timur Tengah. Contohnya, musik gambus, marawis, dan tari zapin semua memiliki akar budaya Arab-Yaman dan menjadi bagian tradisi budaya Islam Melayu.

Genre dangdut pun merupakan perpaduan musik Arab, Hindustan, dan Melayu serta berkembang jadi ikon hiburan Indonesia. 

Kuliner Indonesia banyak yang terinspirasi dari Timur Tengah. Nasi kebuli, nasi mandhi, nasi minyak, roti maryam, murtabak, hingga sate kambing semuanya membawa unsur tradisi Arab serta penggunaan rempah-rempah seperti kapulaga, jinten, dan ghee.

Adaptasi ini mencerminkan interaksi budaya melalui perdagangan dan migrasi Hadramaut di Palembang dan bidang kuliner di Jawa.

Komunitas Arab-Indonesia, terutama keturunan Hadramaut, menyebar di berbagai kota dan tetap menggunakan bahasa Arab tradisional sejak abad 18–19. Bahasa Arab-Indonesia adalah campuran bahasa Arab, Melayu, dan dialek lokal seperti Betawi.

Meskipun jumlah penuturnya menurun, pengaruhnya tetap terlihat lewat kosakata dan budaya pesantren. Budaya Timur Tengah memengaruhi gaya hidup masyarakat keturunan maupun komunitas lokal yang berinteraksi dengannya.

Misalnya, pemakaian sorban, cadar, ta’aruf sebagai adat pernikahan, hingga pola asuh yang mengadopsi budaya Arab dan Jawa secara simultan. Di kawasan Betawi, arsitektur rumah panggung juga mencerminkan akulturasi antara budaya Arab, Jawa, Sunda, dan Tionghoa.

Pengaruh budaya Timur Tengah di Indonesia bukan cuma soal simbol agama atau pangan, melainkan juga bentuk identitas nasional.

Dari pesantren hingga kalender, dari arsitektur hingga ritus Lebaran semuanya mencerminkan kekayaan warisan budaya yang dibentuk melalui interaksi lintas zaman dan wilayah.

Islam Nusantara menjadi buah dari akulturasi ini, menciptakan karakter Islam yang moderat, inklusif, dan adaptif terhadap nilai-nilai lokal.

Intinya pengaruh budaya Timur Tengah di Indonesia sangat luas dan berlapis. Dari bahasa, sastra, arsitektur, hingga kuliner dan seni pertunjukan semua menjadi bagian hidup masyarakat.

Akulturasi ini terjadi secara alami melalui interaksi panjang sejak penyebaran Islam dan kegiatan perdagangan. (Dila Nashear)