Fenomena Kenapa Orang Sunda Jarang Merantau Ternyata Punya Alasan
Fenomena kenapa orang Sunda jarang merantau ternyata punya alasan kuat. Simak ulasan singkatnya seiring adanya faktor budaya, ekonomi, hingga data statistik yang mengiringinya.
Kamu pernah kepikiran kenapa orang Sunda relatif jarang merantau jauh, terutama keluar Pulau Jawa? Kadang muncul citra bahwa merantau itu lebih identik dengan suku-suku tertentu seperti Minang, Bugis, atau Batak.
Sementara banyak orang Sunda tetap tinggal di Jawa Barat, di kampung halamannya atau di kota-kota sekitar. Yuk kita kulik bareng-bareng alasan di balik fenomena kenapa orang Sunda jarang merantau.
Salah satu faktor yang paling mencolok terkait fenomena yang unik ini adalah budaya Sunda yang sangat menghargai ikatan keluarga, kemudian komunitas, dan juga tanah leluhur.
Banyak tulisan dan opini lokal menyebut bahwa orang Sunda merasa nyaman tinggal dekat keluarga besar, ikut hajatan, bertani, bersilaturahmi, dan punya rasa memiliki terhadap kampung halaman.
Dalam sebuah penjelasan misalnya disebut bahwa ikatan emosional yang kuat dengan tanah leluhur adalah salah satu alasan mengapa merantau bukanlah pilihan utama bagi sebagian besar orang Sunda.
Budaya Sunda silih asah, silih asih, silih asuh atau saling membantu, saling memelihara hubungan sosial menjadikan kehidupan komunitas lokal sangat lekat.
Tinggal jauh dari kampung bukan cuma soal fisik, tapi juga soal kehilangan jaringan sosial dan rasa aman emosional. Banyak orang Sunda yang lebih memilih tinggal dekat orang tua, orang tua mertua, ataupun saudara, dibanding harus pindah ke tempat asing yang jauh.
Jawa Barat, terutama wilayah Priangan dan sekitarnya, dikenal dengan tanah yang subur, iklim yang relatif mendukung pertanian dan perkebunan, serta infrastruktur yang makin membaik.
Banyak orang Sunda yang punya akses hidup yang cukup memadai di kampung sendiri dengan sawah, kebun, perkebunan teh, sayuran, dan pergantian mata pencaharian yang cukup fleksibel.
Hal ini membuat kebutuhan untuk merantau agar mendapatkan penghidupan lebih baik tidak selalu terasa mendesak seperti di daerah yang sumber daya alamnya terbatas.
Selain itu, kota-kota di dalam atau sekitar Jawa Barat sudah banyak yang maju. Transportasi, fasilitas publik, pendidikan, dan pekerjaan ada di mana-mana.
Untuk fitur-fitur kehidupan modern, orang Sunda tidak perlu pergi jauh. Membuka usaha kecil, berdagang lokal, atau bekerja di kota terdekat sering jadi pilihan yang memuaskan dibanding harus merantau ke pulau lain.
Ada juga unsur persepsi dan cara pikir yang ikut membentuk keputusan merantau atau tidak. Dari beberapa pandangan menyebut bahwa orang Sunda merasa keadaan atau lingkungan di Jawa Barat sudah cukup adem dan apa yang dibutuhkan ada.
Sehingga nggak perlu mengambil risiko besar untuk pindah jauh. Alasan lain orang Sunda jarang merantau keluar pulau Jawa disebut ada rasa nyaman terhadap alam, kemudahan akses, dan faktor bahwa segala sesuatu dapat ditemukan di Jawa Barat.
Persepsi risiko juga diperhitungkan pindah jauh berarti tantangan baru adaptasi budaya, biaya hidup yang lebih tinggi, jauh dari dukungan keluarga, dan ketidakpastian.
Semua ini bisa membuat sebagian orang melihat merantau ke luar daerah lebih jauh sebagai satu langkah yang terlalu besar dibanding manfaatnya.
Kalau kita lihat data sensus, hal ini memang tercermin secara nyata. Berdasarkan laporan dari studi lokal, persentase penduduk suku Sunda yang tinggal di luar Jawa Barat sangat kecil.
Dalam sebih data menyebut bahwa sekitar 96,2% penduduk suku Sunda masih tinggal di Jawa Barat, hanya sekitar 3,8% yang tinggal di luar provinsi asal mereka.
Data migrasi keluar provinsi bagi suku Sunda juga menunjukkan angka yang lebih rendah dibanding beberapa suku lain. Fakta ini menegaskan bahwa jarang merantau itu bukan sekadar stereotip, tapi sesuatu yang terlihat dalam angka nyata.
Penting untuk diluruskan jarang merantau bukan berarti tidak punya ambisi atau tidak mau berkembang. Banyak orang Sunda yang sukses di kota, bahkan di luar Pulau Jawa baik sebagai profesional, wirausahawan, maupun pekerja kreatif.
Mereka memilih merantau berdasarkan perhitungan matang, bukan asal ikut arus. Bahkan pilihan untuk tinggal di kampung pun bagi sebagian adalah strategi: memanfaatkan sumber daya lokal, modal kecil, dan menjaga stabilitas sosial dan emosional.
Kadang, dari kampung juga bisa berkembang usaha kuliner, pariwisata lokal, kreativitas budaya, yang tidak kalah menjanjikan dibanding kerja jauh dari rumah.
Jadi ketika muncul pertanyaan kenapa orang Sunda jarang merantau, jawabannya bukan karena malas atau kurang ambisi, melainkan karena kombinasi faktor budaya, ekonomi, lingkungan, dan persepsi sosial.
Rasa bangga dengan kampung halaman, kenyamanan hidup di sekitar rumah sendiri, serta relatif cukupnya fasilitas di dalam provinsi sendiri membuat banyak orang Sunda memilih untuk menetap.
Bagi kamu yang sedang mempertimbangkan untuk merantau atau tinggal di kampung, tidak ada yang salah di kedua pilihan itu.
Semua tergantung pada prioritas apakah mencari peluang baru, apakah bisa bertahan jauh dari keluarga, dan apakah potensi di daerah sendiri sudah cukup memadai.
Siapa tahu, dengan gaya merantau yang berbeda, orang Sunda masa depan malah akan semakin dinamis—baik tetap di tanah sendiri atau menyebar ke berbagai tempat sesuai pilihan. (Dila Nashear)